Kamis, 05 Mei 2016

STANDAR 14 : PENANGANAN PADA DUA JAM PERTAMA SETELAH PERSALINAN

STANDAR 14 : PENANGANAN PADA DUA JAM PERTAMA SETELAH PERSALINAN

STANDAR 14 : PENANGANAN PADA DUA JAM PERTAMA SETELAH PERSALINAN
TUJUAN
Mempromosikan perawatan ibu dan bayi yang bersih dan aman selama persalinan kala empat untuk memulihkan kesehatan ibu dan bayi. Meningkantkan asuhan sayang ibu dan sayang bayi. Memulai pemberian ASI dalam waktu 1 jam pertama setelah persalinan dan mendukung terjadinya ikatan batin antara ibu dan bayinya
PERNYATAAN STANDAR
Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap komplikasi paling sedikit selama 2 jam setelah persalinan,, serta melakukan tindakan yang diperlukan. Di samping itu, bidan memberikan penjelsan tentang hal-hal yang mempercepat pulihnya kesehatan ibu, dan membantu ibu untuk memulai pemberian ASI
HASIL
·         Komplikasi segera dideteksi da dirujuk
·         Penurunan kejadian infeksi pada ibu dan bayi baru lahir
·         Penurunan kematian akibat perdarahan pasca persalinan primer
·         Pemberian ASI dimulaii dalam 1 jam pertama sesudah persalinan
PRASYARAT
1.      Ibu dan bayi dijaga oleh bidan terlatih selama dua jam setelah persalinan dan jik amungkin bayi tetap bersama ibu
2.      Bidan terlatih dan terampil dalam memberikan perawatan untuk ibu dan bayi segera setelah persalinan, termasuk ketrampilan pertolongan pertama pada keadaan gawat darurat
3.      Ibu didukung/ dianjurkan untuk menyusui dengan ASI dan memberikan kolostrum
4.      Tersedia alt perlengkapan, misalnya untuk membersihkan tangan yaitu air bersih, sabun dan handuk bersih; handuk/ kain bersih untuk menyelimuti bayi, pembalut wanita yang bersih, pakaian kering dan bersih untuk ibu, sarung atau kain kering dan bersih untuk alas ibu, kain/ selimut yang kering untuk menyelimuti ibu, sarung tangan DTT, tensimeter air raksa, stetoskop dan thermometer
5.      Tersedianya obat-obatan oksitosika, obat lain yan diperlukan dan tempat penyimpanan yang memadai
6.      Adanya sarana pencatatn : partograf, kartu ibu, kartu bayi, buku KIA
7.      Sistem rujukan untuk perawatan kegawatdaruratan obstetric dan kegawatdaruratan bayi baru lahir yang efektif
PROSES
Bidan harus ;
1.      Selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah memberikan perawatan pada ibu dan bayi baru lahir. Menggunakan sarung tangan bersih pada saat melakukan kontak dengan darah atau cairan tubuh
2.      Mendiskusikan semua pelayanan yang diberikan untuk ibu dan bayi dengan ibu, suami, dan keluarganya
3.      Segera setelah lahir, nilai keadaan bayi, letakkan di perut ibu, dan segera keringkan bayi dengan handuk bersih yang hangat. Setelah  bayi kering, selimuti bayi dengan handuk baru yang bersih dan hangat. Bila bayi bernafas/ menangis tanpa kesulitan, dukung ibu untuk memeluk bayinya ( lihat standar 13 ). Jika bayi mengalami kesulitan bernafas ( lihat standar 24 )
4.      Sangat penting untuk menilai keadaan ibu beberapa kali selama dua jam pertama setelah persalinan. Berada bersama ibu da melakukan setiap pemeriksaan ini jangan pernah meninggalkan ibu sendirian sampai paling sedikit 2 jam setelah persalinan dan kondisi ib stabil. Lakukan penatalaksanaan yang tepat dan persiapkan rujukan jika diperlukan.
4.1  melakukan penilaian dan masase fundus uteri setiap 15 menitt selama satu jam pertama persalinan, kemudian setiap 30 menit selama satu jam kedua setelah persalinan. Pada saat melakukan masase uterus, perhatikan berapa banyak darah yang keluar dari vagina. Jika fundus tidak teraba keras, terus lakukan masase daerah fundus agar uterus berkontraksi. Periksa jumlah perdarahan yang keluar dari vagina. Periksa perineum ibu apakah membengkak, hematoma, dan berdarah dari tempat perlukaan yang sudah dijahit setiap kali memeriksa perdarahan fundus dan vagina
4.2  jika terjadi perdarahan, segera lakukan tindakan sesuai dengan standar 21. Berbahaya jika terlambat bertindak
4.3  periksa tekanan darah dan nadi ibu setiap 15 menit selama satu jam pertama setelah persalinan, dan setiap 30 menit selama satu jam kedua setelah persalinan  ( jika tekanan darah ibu naik, lihat standar 17 )
4.4  lakukan palpasi kandung kemih ibu setiap 15 menit selama satu jam pertama setelah persalinan dan kemudian setiap 30 menit selasa satu jam kedua setelah persalinan. Bila kandung kemih penuh dan meregang, mintalah ibu untuk b.a.k, jangan memasang kateter kecuali ibu tidak bisa melakukannya sendiri. ( retensi urine dapat mengakibtkan perdarahan uterus ). Mintalah ibu untuk b.a.k dalam dua jam sesudah melahirkan.
4.5  Periksa suhu tubuh ibu beberapa saat setelah persalinan dan sekali lagi satu jam setelah persalinan. Jika suhu tubuh ibu > 38 C, minta ibu untuk minum 1L cairan, jika suhunya tetap 38 C segera rujuk ibu ke pusat rujukan terdekat ( jika mungkin mulai berikan IV RL dan berikan ibu 1gr amoksilin dan ampisilin oral )
5.      Secepatnya bantu ibu agar dapat menyusui ( lihat standar 10 & 13 ). Atur posisi bayi agar dapat melekat dan mengisap dengan benar. ( semua ibu membutuhkan pertolongan untuk mengatur posisi bayi, baik untuk ibu yang baru pertama kali menyusui maupun ibu yang sudah pernah menyusui )
6.      Penggunaan gurita atau stagen harus diunda hingga 2 jam setelah melahirkan. Kontraksi uterus dan jumlah perdarahan harus dinilai, dan jika ibu mengenakan gurita atau stgen hal ini sulit dilakukan
7.      Lihat standar 13 untuk “perawatan bayi baru lahir”
8.      Bila bayi tidak memperlihatkan tanda-tanda kehidupan setelah dlakukan resusitasi, maka beritahu orangtua bayi apa yang terjadi. Berikan penjelasan secara jujur dan sederhana. Biarkan mereka melihat atau memeluk bayi mereka. Berlakulah bijaksana dan penuh perhatian. Biarkan orangtua melakukan upacara untuk bayi yang meninggal sesuai dengan adat istiadat atau kepercayaan mereka. Setelah orangtua bayi mulai tenang, bantulah mereka dan perlakukan bayi dengan baik dan penuh pengertian terhadap kesedihan mereka
9.      Bantu ibu membersihkan tubuhnya dan mengganti pakaian, ingatkan ibu untuk selalu menjaga kebersihan tubh dan mengganti kain pembalut secara teratur, berikan penjelasan perubahan-perubahan yang terjadi pasca persalinan
10.  Catat semua temuan dan tindakan dengan lengkap dan seksama pada partograf, kartu ibu, dan kartu bayi
11.  Sebelum meninggalkan biu, bahaslah semua bahaya potential dan tanda-tandanya dengan suami dan keluarga. Bahaya potensial dan tanda-tandanya :
11.1          ibu mengalami perdarahan hebat
11.2          mengeluarkan gumpalan darah
11.3          pusing
11.4          lemas yang berlebihan
11.5          suhu tubuh ibu >38 C
11.6          suhu tubuh bayi < 36 C atau > 37,5 C
11.7          bayi tidak mau menyusu
11.8          bayi tidak mengeluarkan urine atau meconium dala 24 jam pertama
12.  pastikan bahwa ibu dan keluarganya mengetahui bagaimana dan kapan harus memminta pertolongan
13.  jangan meninggalkan ibu dan bayi sampai mereka dalam keadaan baik dan semua catatan lengkap. Jika ada hal yang mengkhawatirkan  ibu atau janin, lakukan rujukan ke puskesmas atau rumah sakit


PDCA KB



BAB I
PENDAHULUAN
-
1.1 Latar Belakang
Keluarga berencana (KB) adalah program nasional yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan, kesejahteraan ibu, anak dan keluarga khususnya, serta bangsa pada umumnya. Salah satunya dengan cara membatasi dan menjarangkan kehamilan. Masalah yang akan dihadapi oleh keluarga yang memiliki anak dalam jumlah banyak terutama disertai tidak diaturnya jarak kelahiran adalah peningkatan risiko terjadinya pendarahan ibu hamil pada trimester ketiga, angka kematian bayi meningkat, ibu tidak memiliki waktu yang cukup untuk merawat diri dan anaknya, serta terganggunya proses perkembangan fisik dan mental anak yang diakibatkan kurang gizi, berat badan lahir rendah (BBLR) dan lahir premature.
Berdasarkan Human Development Report tahun 2011 masih rendahnya angka cakupan KB jangka panjang dikarenakan masih sangat rendahnya tingkat pengetahuan PUS tentang metode kontrasepsi jangka panjang. Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2006-2007 menunjukkan wanita kawin yang mengetahui metode Mini Operasi Wanita (MOW) sebesar 63 persen dan metode Mini Operasi Pria (MOP) sebesar 39 persen, sedangkan pria kawin yang mengetahui metode MOW 44 persen dan MOP sebesar 31 persen. Bandingkan dengan pengetahuan mereka tentang metode kontrasepsi modern lainnya seperti Pil, Suntik, IUD, dan kondom yang sudah mencapai rata-rata diatas 80 persen.
1.2. Tujuan
      1.2.1. Mengetahui konsep dasar PDCA.
      1.2.2. Mengetahui cara sosialisasi menggunakan konsep PDCA.





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar PDCA                    
Proyek peningkatan mutu dimulai dengan melakukan observasi, wawancara dan melihat data sekunder. Metode yang digunakan dalam proyek peningkatan mutu ini adalah metode Plan, Do, Check, and Action(PDCA cycle) yang didasari atas masalah yang dihadapi (problem-faced) ke arah penyelesaian masalah (problem solving).
Konsep PDCA cycle pertama kali diperkenalkan oleh Walter Shewhart pada tahun 1930 yang disebut dengan “Shewhart cycle“. Selanjutnya konsep ini dikembangkan oleh Dr. Walter Edwards Deming yang kemudian dikenal dengan ” The Deming Wheel”PDCA cycle berguna sebagai pola kerja dalam perbaikan suatu proses atau sistem.

Ada beberapa tahap yang dilakukan dalam PDCA cycle, yaitu:
1)   Perencanaan ( Plan )
Merencanakan perbaikan dan pengumpulan data secara berkesinambungan.
a)      Apa yang diperbaiki?
b)      Siapa yang terlibat?
c)      Kapan dilaksanakan?
d)     Dimana dilaksanakan?
e)      Bagaimana caranya?
f)       Ke arah mana goalnya?
2)   Pelaksanaan ( Do )
Melaksanakan perubahan berdasarkan rencana yang ditetapkan.
a)      Siapa yang melaksanakan perubahan?
b)      Kapan dilaksanakan perubahan?
c)      Sarana apa saja yang dibutuhkan?
d)     Bagaimana mekanisme pelaksanaan?
e)      Lokasi mana sebagai uji coba?

3)   Pemeriksaan ( Check )
Mengamati pengaruh peubahan.
a)      Apa pelaksanaan telah sesuai rencana?
b)      Apakah proses perubahan perlu perbaikan ditinjau dari klien?
c)      Factor apa yang mendukung?
d)     Factor apa yang menghambat?
e)      Perubahan dari sisi mutu pelayanan.
4)   Perbaikan (Action)
Bertindak berdasarkan hasil evaluasi dan lanjutan perbaikan proses.
a)      Mmeihat hasil dari check.
b)      Menetapkan mekanisme perubahan.
c)      Menentukan protap terkini.
d)     Menentukan sasaran perubahan.
e)      Advokasi perubahan.
f)       Penilaian berkelanjutan.






























BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Plan (Perencanaan)
1) Judul rencana
Kegiatan Peningkatan Mutu Sosialisasi KB-MKJP Di Puskesmas Kasih Sempurna.
2) Rumusan pernyataan dan uraian masalah
Kasih Sempurna memiliki beberapa program, salah satu diantaranya adalah program KIA-KB. Program KIA-KB ini memiliki satu orang petugas yang bertanggung jawab. Dalam program KB ini memiliki beberapa elemen kegiatan diantaranya memberikan penerangan kepada PUS mengenai manfaat KB, sehingga diharapkan dapat meningkatkan angka cakupan akseptor KB. Tapi di Puskesmas Kasih Sempurna sendiri angka cakupan ini belum mencapai target yakni hanya 30 %. Hal ini disebabkan kurangnya sosialisasi tentang KB itu sendiri. Dapat dilihat dari kurangnya media informasi yang tersedia seperti tidak adanya poster, folder dan kegiatan penyuluhan-penyuluhan tentang KB ini.
3) Rumusan tujuan
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kasih Sempurna tahun 2014 sebanyak 81.689 orang yang terdiri dari pria 48.191 orang dan wanita 33.498 dengan jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) sebanyak 17.822 orang. Dari semua PUS yang ada, akseptor KB aktif sebanyak 14.595 orang. Akseptor baru KB sebanyak 1.388 orang (63,17%) dari target 2.197 orang, target KB 71,02% (1.260 orang) dari 1.774 orang. Akseptor baru pria sebanyak 60 orang (4,32%) dari 2.197 orang akseptor baru.
4) Uraian kegiatan
1.  Observasi
2. Wawancara dengan Kepala Puskesmas serta staff yang bertanggung jawab  terhadap bagian atau program KB di Puskemas Kasih Sempurna.
3. Data sekunder mengenai laporan evaluasi program Puskesmas Kasih Sempurna tahun 2014, khususnya mengenai program KIA-KB.











Dari data-data tersebut teridentifikasikan beberapa masalah, yaitu :
Tabel 3.1 Identifikasi Masalah
No
Aspek yang dinilai
Masalah
Metode identifikasi masalah
1
PROMKES
1. Pembinaan peran serta masyarakat
2. Penyuluhan Kesehatan
1. Kader posyandu yang aktif masih rendah
2. Penyuluhan luar gedung tidak tercapai target
1. Wawancara dengan ka program promkes mengatakan bahwa kader memiliki kesibukan lain di luar posyandu
Data sekunder: Dari 511 kader yang dilatih hanya 446 kader yang aktif diposyandu (87% ) (data tahun 2014)
2. Data sekunder: Dari 757 kali penyuluhan  yang ditargetkan hanya 704 kali yang terealisasi (data tahun 2014)
2
KESLING
1.      Klinik sanitasi
Alur rujukan dari bagian Poli tidak berjalan dengan baik.
Wawancara dengan kepala program Kesling, mengatakan bahwa jumlah petugas pemeriksa yang masih kurang

Data sekunder : angka kunjungan yang sangat rendah, dalam bulan Juni 0
3
KIA/KB
1.       Keluarga Berencana
2.       Ante Natal Care
1.      Sosialisasi KB MKJP masih kurang.
2.      Belum optimalnya ANC dengan standar 7 T
Wawancara:
Tidaknya jadwal khusus penyuluhan mengenai KB.
Observasi:
Tidak tersedianya media informasi mengenai KB.
Observasi:
Tidak dilakukan 2 pemeriksaan yang termasuk ke dalam 7T ANC, yaitu: test PMS dan temuwicara
4
P2P
1.      Surveilance
2.      Epidemiologi
3.      Imunisasi
Angka  penemuan BTA (+) masih rendah

Cakupan imunisasi HB-0 (hepatitis) masih rendah
Data sekunder:
Dari 1370 target BTA pada tahun 2014 hanya 63 kasus yang tercatat BTA (+)
Observasi:
1.      Cara penemuan kasus baru hanya menunggu pasien datang berobat ke Puskesmas, kurangnya tenaga kerja
2.      Wawancara dengan PJ program Imunisasi
3.      Kurangnya jumlah vaksin yang tersedia.
Data sekunder:
Dari 90% target cakupan imunisasi HB-0 pada tahun 2014, hanya tercapai 40%

5

PENGOBATAN
Pengobatan dasar

Pengobatan rasional kurang berjalan

Observasi :
- Peresepan tidak selalu dilakukan oleh dokter
- Adanya perubahan resep oleh petugas apotek
- Pemberian antibiotik hanya untuk 3 hari
6
PENINGKATAN GIZI
Konseling gizi
- Angka kunjungan yang sangat rendah
- Alur rujukan dari bagian Poli tidak berjalan dengan baik
Observasi :
Jumlah kunjungan konseling gizi dalam 1 minggu adalah 0
Wawancara dengan PJ Gizi :
- Rendahnya angka kunjungan ulang
- Kurangnya rujukan pasien dari unit pelayanan oleh dokter yang bersangkutan.
Data sekunder:
Jumlah kunjungan pasien pada bulan Maret: 6 orang, sedangkan jumlah kunjungan pada bulan April berjumlah 9 orang

5) Waktu
Keterangan:
a)      Menyebarkan kuesioner awal untuk menilai tingkat pengetahuan para pengunjung KIA-KB terhadap KB dari tanggal 5 Juni-5 Juli 2014.
b)      Menyebarkan folder mengenai KB kepada pengunjung poli KIA-KB, pengunjung puskesmas secara umum dan PUS di posyandu dari tanggal 12 Juni-5 Juli 2014.
c)      Melakukan konseling tentang manfaat dan keuntungan KB pada para pengunjung poli KIA-KB dari tanggal 2 Juni-5 Juli 2014.
d)     Menyediakan poster tentang KB di Puskesmas Kasih Sempurna pada tanggal 18 Juni 2014
e)      Mengadakan penyuluhan mengenai manfaat dan keuntungan KB di Ruang tunggu puskesmas Kasih Sempurna pada tanggal 20 Juni 2014.
6) Pelaksanaan
Bidan Fiyanti    : Membuat dan membagikan kuisioner
Bidan Lailatul   : Memberikan konseling & penyuluhan
Bidan Putri      : Membuat poster dan folder
Kader                : Membagikan kuisioner, mencari sasaran penyuluhan
7) Biaya
Jumlah biaya yang diperlukan 1.500.000,-
a. Pembuatan poster                                                 =          100.000,-
b. Biaya kader                      : 50.000  x 5                =         250.000
c. Konsumsi                        : 5.000 x 200.000        =       1.000.000
d. foto copy                       :                                               100.000
JUMLAH                           :                                           1.450.000,-

3.2  Do (Pelaksanaan)
Implementasi yang dilakukan dalam proyek peningkatan mutu sosialisasi metoda kontrasepsi jangka panjang di Puskesmas Kasih Sempurna ini adalah :
1.      Menyebarkan kuesioner awal untuk menilai tingkat pengetahuan para pengunjung KIA-KB terhadap KB dari tanggal 5 Juni-5 Juli 2014. Hasil kuesiner awal menunjukkan tingkat pengetahuan pengunjung tentang KB kurang yaitu 70%.
Hasil Kuesioner Awal
No
Penilaian
Range
Persentase (%)
1
2
3
Baik
Sedang
Kurang
68-100
34-67
0-33
20%
10%
70%

Total

100

2.      Menyebarkan folder mengenai KB kepada pengunjung poli KIA-KB, pengunjung puskesmas secara umum dan PUS di posyandu dari tanggal 12 Juni-5 Juli 2014.
3.      Melakukan konseling tentang manfaat dan keuntungan KB pada para pengunjung poli KIA-KB dari tanggal 2 Juni-5 Juli 2014.
4.      Menyediakan poster tentang KB di Puskesmas Kasih Sempurna pada tanggal 18 Juni 2014.
5.      Mengadakan penyuluhan mengenai manfaat dan keuntungan KB di Ruang tunggu puskesmas Kasih Sempurna pada tanggal 20 Juni 2014.
6.      Rekomendasi kepada Kepala Puskesmas untuk menambah petugas dan dana untuk pelaksanaan sosialisasi KB di Puskesmas Kasih Sempurna.
7.      Rekomendasi kepada pemegang program KB untuk melanjutkan kegiatan sosialisasi ini
3.3  Check (Pemeriksaan)
Evaluasi yang dilakukan dalam proyek peningkatan mutu sosialisasi metoda kontrasepsi jangka panjang di Puskesmas Kasih Sempurna ini adalah :
1.   Tahap evaluasi ini mulai dilaksanakan dari tanggal 7-13 Juli dengan memberikan kuesioner akhir pada PUS pengunjung ke Puskesmas Kasih Sempurna, terutama pengunjung poli KB, dan PUS yang akan melakukan MOW di rumah sakit PMC. Setelah dilaksanakannya penyuluhan, konseling dan penyediaan media informasi. Kemudian dilakukan pembagian kuesioner akhir kepada PUS pengunjung di Puskesmas Kasih Sempurna. Hasil kuesioner akhir menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan KB meningkat, dimana pengunjung memiliki pengetahuan kurang menjadi 15%
Tabel 3.6 Hasil Kuesioner Akhir setelah intervensi
No
Penilaian
Range
Persentase (%)
1
2
3
Baik
Sedang
Kurang
68-100
34-67
0-33
75%
10%
15%

Total

100
2.   Diterimanya usulan penambahan tenaga dan alokasi dana khusus untuk kegiatan sosialisasi KB oleh Kepala Puskesmas Kasih Sempurna.
3.4  Action (Perbaikan)
Kegiatan sosialisasi tentang KB ini dapat dijadikan standarisasi untuk pelaksanaan sosialisasi di Puskesmas Harapan Raya.
Sosialisasi dapat dilakukan melalui tiga metode berikut ini:
1.   Komunikasi tatap muka seperti pertemuan warga (musyawarah dusun, musyawarah desa), kunjungan rumah, kunjungan ke tempat-tempat berkumpulnya warga, lokakarya dalam rangka CAP, rapat evaluasi.
2.   Komunikasi Massa seperti penyebarluasan leaflet, pamflet, poster, komik, newsletter, dan pemutaran film.
3.   Pelatihan Pelaku seperti pelatihan untuk Panitia Perencana, Juru Ukur, Pengawas Konstruksi
4.   Dilakukan kegiatan sosialisasi dalam bentuk penyuluhan baik di Puskesmas maupun di luar Puskesmas, pemasangan poster, penyebaran folder dan berkoordinasi dengan kepala Puskesmas dan pihak-pihak terkait untuk mendukung kegiatan sosialisasi ini.













BAB IV
PENUTUP
—-
4.1 Simpulan
Berdasarkan wawancara, observasi, data sekunder di Puskesmas Kasih Sempurna didapatkan beberapa masalah berdasarkan pendekatan program yang ada, diantaranya Sosialisasi KB belum optimal, belum optimalnya pelaksanaan ANC, Pengobatan rasional belum berjalan, Alur rujukan ke poli gizi belum berjalan dengan baik, penyuluhan luar gedung tidak mencapai target, angka penemuan BTA positif masih rendah, cakupan imunisasi HB-0 masih rendah, angka kunjugan ke poli gizi masih rendah, alur rujukan ke klinik sanitasi tidak berjalan dengan baik, kader posyandu yang aktif masih rendah.
Berdasarkan permasalahan yang terindentifikasi di atas, dicari prioritas masalah berdasarkan sistem skoring dan didapatkan masalah sosialisasi KB sebagai prioritas masalah utama.
Kegiatan sosialisasi tentang KB di Puskesmas Kasih Sempurna masih belum optimal disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya adalah kurangnya tenaga dalam mensosialisasikan KB, tidak adanya alokasi dana khusus untuk sosialisasi KB, tidak adanya pelaksanaan penyuluhan khusus KB, tidak tersedianya media informasi mengenai KB dan masih rendahnya pengetahuan PUS tentang manfaat KB, dimana dari angket prepenelitian hanya 5 % yang mengetahui tentang KB.
Oleh karena itu, dilakukan kegiatan sosialisasi dalam bentuk penyuluhan baik di Puskesmas maupun di luar Puskesmas, pemasangan poster, penyebaran folder dan berkoordinasi dengan kepala Puskesmas dan pihak-pihak terkait untuk mendukung kegiatan sosialisasi ini.
—-       Evaluasi keberhasilan sosialisasi ini, dilakukan kegiatan penyebaran kuesioner, baik sebelum maupun setelah dilakukan intervensi. Didapatkan hasil berupa peningkatan pengetahuan PUS yang berkunjung ke Puskesmas Kasih Sempurna, dan adanya partisipasi PUS yang mengikuti kegiatan Kontap wanita di RS PMC. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan sosialisasi yang dilakukan sudah berhasil. Sehingga kegiatan sosialisasi ini dapat dijadikan standarisasi untuk pelaksanaan kegiatan sosialisasi berikutnya.












DAFTAR PUSTAKA

Saifuddin (2003), Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, YBPSP, Jakarta
Amiruddin (2007), Pendekatan Mutu dan Kepuasan Pelanggan dalam Pelayanan Kesehatan
Prawirohardjo S. Keluarga Berencana Dalam Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka, 1999.
Prawirohardjo S. Kontrasepsi dalam Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka, 1999.