Kamis, 05 Mei 2016

MAKALAH IMS



BAB I
PENDAHULUAN

1.1       Latar belakang
            Di Indonesia, penyakit ini mulai menjalar dengan perkembangan penularan yang sangat cepat. Tidak dapat disangkal bahwa mata rantai penularan infeksi menular seksual adalah wanita tunasusila (WTS) yang dapat menyusup kedalam kehidupan rumah tangga. Perubahan perilaku seksual telah menyababkan timbulnya berbagai masalah yang berkaitan dengan infeksi menular seksual dan kehamilan yang tidak dikehendaki. Bila penyakit infeksi menular seksual sebagian besar dapat diselesaikan dengan pengobatan yang tepat sehingga tidak menimbulkan penyulit selanjutnya , berbeda dengan kehamilan yang tidak dikehendaki. Masalah terakhir ini mempunyai dampak yang lebih luas baik biologis, psikologis, sosial, spiritual, dan etika.
            Penyakit infeksi menular seksual dapat menimbulkan infeksi akut (mendadak) yang memerlukan penanganan yang tepat karena akan dapat menjalar ke alat genetalia bagian dalam (atas) dan menimbulkan penyakit radang panggul. Pengobatan yang kurang memuaskan akan menimbulkan penyakit menjadi menahun (kronis) dengan akibat akhir rusaknya fungsi alat genetalia bagian dalam sehingga menimbulkan kurang subur atau mandul.
            Dalam upaya meningkatkan pemahaman remaja tentang kesehatan reproduksi, menjadikan remaja tegar dalam menghadapi masalah dan mampu mengambil keputusan terbaik bagi dirinya, maka pelayanan konseling sangat diperrlukan remaja. Meskipun kepedulian pemerintah, masyarakat maupun LSM dalam memperluas penyediaan informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi sudah semakin meningakat, namun dalam akses pemberian layanan konseling masih terbatas. Hal ini antara lain disebabkan keterbatasan jumlah fasilitas pelayanan konseling bagi remaja yang sangat terbatas. Disamping itu, kemampuan tenaga konselor dalam memberikan konseling kepada remaja dipusat pelayanan informasi dan konsultasi kesehatan reproduksi remaja juga masih terbatas. Atas dasar itulah maka guna mendukung kemampuan SDM dalam melakukan konseling kesehatan reproduksi remaja perlu disiapkan tenaga yang terlatih meelalui workshop konseling kesehatan reproduksi remaja.

1.2       Rumusan Masalah
            Dari teori diatas, didapat rumusan masalah sebagai berikut :
a.       Apa yang dimaksud dengan Infeksi Menular Seksual ?
b.      Jenis penyakit Infeksi Menular Seksual ?
c.       Bagaimana cara penanggulanan IMS ?
d.      Bagaimana cara pengobatan dan pencegahan IMS ?
e.       Apa komplikasi yang ditimbulkan ?


1.3       Tujuan Penulisan
            Selain untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kesehatan Reproduksi, makalah ini ditulis dengan tujuan sebagai berikut :
a.       Untuk mengetahui apa itu penyakit Infeksi Menular Seksual
b.      Untuk mengetahui jenis penyakit IMS dan cara pengobatan
c.       Untuk mengetahui peran bidan dalam  mengatasi IMS




























BAB II
TINJAUAN TEORI


1.1.   Landasan Teori
World Health Organization (WHO) memperkirakan setiap tahun terdapat 350 juta penderita baru IMS di negara-negara berkembang di Afrika, Asia, Asia Tenggara, dan Amerika Latin. Di negara-negara berkembang infeksi dan komplikasi IMS adalah salah satu dari lima alasan utama tingginya angka kesakitan. Dalam
kaitannya dengan infeksi HIVAIDS, United States Bureau of Census pada 1995 mengemukakan bahwa di daerah yang tinggi prevalensi IMS-nya, ternyata tinggi pula prevalensi HIV-AIDS dan banyak ditemukan perilaku seksual berisiko tinggi. Salah satu kelompok seksual yang berisiko tinggi terkena IMS adalah perempuan.
Lebih dari 30 jenis patogen dapat ditularkan melalui hubungan seksual dengan
manifestasi klinis bervariasi menurut jenis kelamin dan umur. Meskipun infeksi menular seksual (IMS) terutama ditularkan melalui hubungan seksual, namun penularan dapat juga terjadi dari ibu kepada janin dalam kandungan atau saat kelahiran, melalui produk darah atau transfer jaringan yang telah tercemar, kadangkadang dapat ditularkan melalui alat kesehatan.
Dengan perkembangan di bidang sosial, demografik, serta meningkatnya migrasi penduduk, populasi berisiko tinggi tertular IMS akan meningkat pesat. Beban terbesar akan ditanggung negara berkembang, namun negara maju pun dapat mengalami beban akibat meningkatnya IMS oleh virus yang tidak dapat diobati, perilaku seksual berisiko serta perkembangan pariwisata. IMS menempati peringkat 10 besar alasan berobat di banyak negara berkembang, dan biaya yang dikeluarkan dapat mempengaruhi pendapatan rumah tangga. Pelayanan untuk komplikasi atau sekuele IMS mengakibatkan beban biaya yang tidak sedikit, misalnya untuk skrining dan pengobatan kanker serviks, penanganan penyakit jaringan hati, pemeriksaan infertilitas, pelayanan morbiditas perinatal, kebutaan bayi, penyakit paru pada anakanak, serta nyeri panggul kronis pada wanita. Beban sosial meliputi konflik dengan pasangan seksual dan dapat mengakibatkan kekerasan dalam rumah tangga.


Dalam 20 tahun belakangan ini, pengetahuan tentang dinamika transmisi IMS telah berkembang sebagai dampak pandemi HIV dan peningkatan upaya untuk mengendalikan infeksi lainnya. Model matematika dan riset menunjukkan peran penting jejaring seksual dalam menentukan arah penyebaran berbagai jenis infeksi tersebut. Pemahaman yang semakin baik terhadap dinamika penularan IMS menimbulkan dampak pada rancangan strategi pencegahan dan intervensi pengendaliannya.





































BAB III
PEMBAHASAN


A. Infeksi Menular Seksual (IMS)
1. Definisi
Infeksi Menular Seksual adalah infeksi yang sebagian besar menular lewat hubungan seksual dengan pasangan yang sudah tertular. Hubungan seks ini termasuk hubungan seks lewat liang senggama, lewat mulut (oral) atau lewat dubur (anal). Infeksi Menular Seksual disebut juga penyakit kelamin. Infeksi Menular Seksual menyerang sekitar alat kelamin (Wells et al., 2009 ).
Kebanyakan Infeksi Menular Seksual membahayakan organ-organ reproduksi. Pada wanita, dapat merusak dinding vagina atau leher rahim, biasanya tanpa tanda-tanda infeksi. Pada pria adanya infeksi pada saluran air kencing. Apabila tidak diobati dapat menyebabkan keluarnya cairan yang tidak normal dari penis dan berakibat sakit pada waktu buang air kecil (Wells et al., 2009 ).

2. Etiologi
Infeksi Menular Seksual diklasifikasikan berdasarkan agen penyebabnya dari golongan bakteri yaitu Neisseria gonorrhoeae, Treponemapallidum, Gardnerella vaginalis, Hemophilus ducreyi, Calymmatobacterium granulomatis. Berdasarkan penelitian di Bangladesh 35,5% positif terkena Neisseria gonorrhoeae, 62,5% positif terkena Treponemapallidum (Rahman et al., 2000).

3. Bahaya IMS
Dengan berbagai penyakit yang timbul pada IMS, adapun bahaya yang di timbulkan diantaranya  yaitu :
ü  Membuat sakit sakitan
ü  Membuat mandul
ü  Merusak penglihatan, otak dan hati
ü  Menyebabkan mudah tertular HIV
ü  Menyebabkan kematian
ü   
3. Jenis-Jenis Infeksi Menular Seksual Berdasarkan Infeksi Bakteri
a. Gonore (Kencing Nanah)
Gonorrhea merupakan infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual dan disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae. Pada pria ditandai oleh uretritis dengan nyeri dan secret purulen, biasanya asimptomatik pada wanita, tetapi dapat meluas menyebabkan salphingitis. Bakteri ini dapat terjadi pada kedua jenis alat kelamin, mengakibatkan lesi kulit dan arthritis (Dorland, 2002).
Neisseria gonorrhoeae adalah bakteri penyebab infeksi gonore yang merupakan salah satu penyebab terpenting Infeksi Menular Seksual. Sama halnya dengan Infeksi Menular Seksual lainnya, gonore Iebih banyak mempengaruhi kesehatan wanita dari pada pria (Josodiwondo, 1993). Hal ini disebabkan karena wanita Iebih mudah terinfeksi dari pada pria (kemungkinnanya 50-60% dibandingkan dengan 35%) dan karena 50-80% infeksi pada wanita tidak menimbulkan gejala (asimptomatik). Wanita biasanya tidak mencari pengobatan sampai terjadi komplikasi yang Iebih berat (Sweet et al, 1995).
Gejala-gejala:
 Keluar cairan kental berwarna kekuningan dari alat kelamin
 Nyeri di perut bagian bawah (hanya pada perempuan)
 Seringkali pada perempuan tanpa gejala
Komplikasi yang mungkin terjadi:
 Penyakit radang panggul pada perempuan
 Kemungkinan terjadi kemandulan baik pada perempuan atau laki-laki
 Infeksi mata pada bayi baru lahir yang dapat menyebabkan kebutaan
 Kehamilan ektopik (di luar kandungan)
 Memudahkan penularan infeksi HIV

b. Chancroid (Ulkus Mole)
Ditularkan melalui hubungan kelamin, yang disebabkan oleh Haemophillus ducreyi, ditandai dengan ulkus primer yang nyeri pada tempat inokulasi, biasanya alat kelamin luar (Alfa, 2005). Dicarlo (1995) melaporkan kasus chancroid di Amerika serikat mencapai 118 (39%).


c. Granuloma Inguinale
Merupakan infeksi kulit kelamin yang disebabkan oleh Calymmatobacterium granulomatis, menyebabkan peradangan menahun pada alat kelamin. Bagian tubuh yang terkena pada pria adalah penis, buah zakar, selangkangan dan paha, sedangkan pada wanita meliputi vulva vagina dan kulit di sekitarnya (Richens, 2006).

d. Bacterial vaginosis
Bakterial vaginosis merupakan gejala klinis pada vagina akibat pergantian dari lactobacillus yang normalnya memproduksi hydrogen peroksida di vagina dengan bakteri anaerob yaitu Gardnerella vaginalis (WHO, 2003). Menurut Oduyebo (2009) sebanyak 30% wanita menderita bakterial vaginosis ditandai dengan keluarnya cairan dari vagina. Hal ini akibat dari pergantian lactobacillus dengan peningkatan bakteri anaerob Gardnerella vaginalis.

e. Sifilis
Syphilis disebabkan oleh Treponema pallidum. Sifilis menular melalui kontak langsung antara luka (yang bernanah atau yang membengkak) di kulit dengan selaput lendir atau dengan cairan tubuh (air mani, darah, cairan vagina) selama senggama (Goh, 2005). 6 Kasus sifilis di Colombia tahun 1996-1999 mengalami peningkatan dari 0,5-3,4 per 100.000 orang (Patrick et al, 2002).
Munculnya gejala-gejala dibagi menjadi tiga tahap:
 Primer: tanpak luka tunggal, menonjol dan tidak nyeri
 Sekunder:
 Bintil/bercak merah di tubuh yang hilang sendiri
 Kelenjar limfa generalisata membesar tanpa tanda radang (limfadenopati)
 Pada masa laten tanpa gejala
 Tersier: kelainan jantung, kulit, pembuluh darah dan gangguan saraf
Komplikasi yang mungkin terjadi:
 Kerusakan pada otak dan jantung
 Pada kehamilan dapat ditularkan pada bayi
 Keguguran atau lahir cacat
 Memudahkan penularan infeksi HIV


f. Klamidia
Disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis. Infeksi ini biasanya krons, karena 70% perempuan pada awalnya tidak merasakan gejala apapun sehingga tidak memeriksakan diri.
Gejala-gejala yang mungkin muncul:
 Cairan vagina/penis encer berwarna putih -kekuningan
 Nyeri di rongga panggul
 Pendarahan setelah hubungan seksual (pada perempuan)
Komplikasi yang mungkin terjadi:
 Biasanya menyertai Gonore
 Penyakit radang panggul
 Kemandulan akibat perlekatan pada saluran Falopian
 Kehamilan ektopik (di luar kandungan)
 Infeksi mata dan radang paru-paru (pneumpnia) pada bayi baru lahir
 Memudahkan penularan infeksi HIV



















4. Penatalaksanaan dan Pengobatan IMS

a. Antibiotik
Antibiotik merupakan zat-zat kimia yang dihasilkan oleh bakteri yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman (Tjay dan raharja, 2007). Adapun mekanisme dari antibiotik yaitu mengganggu sintesis dinding sel bakteri (penisilin, sefalosporin), menghambat sintesis protein (kloramfenikol, tetrasiklin), mengganggu sintesis asam nukleat (rifampisin, ciprofloksasin), mengganggu pembentukan membran sel (polimiksin) dan menghambat sintesis metabolit esensial (sulfametoksazol) (Tenover, 2006)
Pengobatan sendiri dengan antibiotik, tidak hanya terjadi di negara-negara sedang berkembang, tetapi juga di negara-negara maju. Selebihnya di negara-negara Eropa seperi Romania dan Lithuania juga ditemukan prevalensi yang tinggi pada pengobatan sendiri dengan antibiotik (Al-Azzam, 2007). Suatu penelitian yang dilakukan di Saudi Arabia tingginya prevalensi pengobatan sendiri dengan antibiotik pada orang dewasa (44%) dan anak-anak (34%). Persentase pengobatan sendiri dengan antibiotik yang ditemukan di India (18%), Sudan (48%), dan Jordan (40%) (Abasaeed, 2009). Adapun penelitian yang dilakukan di Brazil menunjukkan bahwa 74% dari 107 apotek yang telah dikunjungi, termasuk 88% apotek yang didaftar oleh Municipal Health Secretary, menjual antibiotik tanpa resep dokter (Volpato, 2005).

b. Pengobatan yang Rasional
Pemakaian obat yang rasional hanya menggunakan obat-obatan yang telah terbukti keamanan dan efektifitasnya dengan uji klinik. Suatu pengobatan dikatakan rasional apabila memenuhi beberapa kriteria tertentu. Kriteria pemakaian obat secara rasional meliputi: tepat indikasi, tepat pasien, tepat obat, tepat dosis, selalu ada dan harganya terjangkau (WHO, 1985).

a. Tepat indikasi
Ketepatan indikasi peresepan obat didasarkan pada pertimbangan klinis pasien dilihat dari indikasi medik bahwa intervensi dengan obat memang diperlukan (WHO, 1985).


b. Tepat Obat
Pemilihan jenis obat berdasarkan pemilihan kelas terapi dan jenis obat berdasarkan pertimbangan manfaat dan keamanan (WHO, 1985).

c. Tepat Pasien
Pasien dapat menerima obat-obat yang diberikan sesuai kondisi klinis pasien tanpa adanya kontra indikasi (WHO, 1985).

d. Tepat Dosis
Cara pemakaian obat memerlukan pertimbangan farmakokinetika yaitu cara pemberian, besar dosis, frekuensi pemberian dan lama pemberian (WHO, 1985).

e. Selalu Ada dan Harganya Terjangkau
Pemerintah menyediakan obat generik di klinik kesehatan yaitu puskesmas dan dalam peresepannya dituliskan dengan obat generik (WHO, 1985).

f. Puskesmas
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten atau kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (DEPKES RI, 2007).

g. Rekam Medik
Rekam medik adalah sejarah ringkas, jelas dan akurat dari kehidupan dan kesakitan penderita, ditulis dari sudut pandang medik (Siregar, 2003).










BAB IV
PENUTUPAN
4.1.   Penutup
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai  Penyakit Infeksi Menular Seksual, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di ekesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

4.2.   Kesimpulan
IMS merupakan penyakit seksual yang dirasa cukup membahayakan bahkan sampai menimbulkan kematian, untuk itu perlu adanya suatu pencegahan yang tepat dan benar, menjaga kebersihan alat kelamin dapat menjadi salah satu cara, sehingga nantinya tidak menyebar dan menimbulkan suatu komplikasi. Semua orang dapat beresiko terkena infeksi ini. IMS ada banyak macamnya, pengobatan penyakit berbeda beda karena penyebab IMS berasal dari berbagai sumber seperti virus, bakteri maupun jamur parasit.
Sebagai seorang bidan kita mempunyai kewajiban untuk berperan dalam pengendalian penyebaran IMS ini.



4.3.   Daftar Pustaka

Prof.dr. Ida Bagus Gede,Manuaba .SPog,Mengenali Kesehatan Reproduksi.Arcan.Jakarta.1999


KPAN.HIV/AIDS dan Infeksi Menular Seksual Lainnya di Indonesia.Tantangan danPeluang Untuk bertindak.Jakarta 2001








































4.4.   Lampiran

Gonore.gambar

1a81e-penyakitkencingnanah.jpg

Granuloma inguinale.gambar

10346-0550x0475.jpg


Sifilis.gambar
Sifilis.jpg

Ulkus mole.gambar
Chancroid.png  



chancroid03.jpg



Klamidia.gambar
STDs+Yeast+Infection.jpg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar