BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang
Di
Indonesia, penyakit ini mulai menjalar dengan perkembangan penularan yang
sangat cepat. Tidak dapat disangkal bahwa mata rantai penularan infeksi menular
seksual adalah wanita tunasusila (WTS) yang dapat menyusup kedalam kehidupan
rumah tangga. Perubahan perilaku seksual telah menyababkan timbulnya berbagai
masalah yang berkaitan dengan infeksi menular seksual dan kehamilan yang tidak
dikehendaki. Bila penyakit infeksi menular seksual sebagian besar dapat
diselesaikan dengan pengobatan yang tepat sehingga tidak menimbulkan penyulit
selanjutnya , berbeda dengan kehamilan yang tidak dikehendaki. Masalah terakhir
ini mempunyai dampak yang lebih luas baik biologis, psikologis, sosial,
spiritual, dan etika.
Penyakit infeksi menular seksual
dapat menimbulkan infeksi akut (mendadak) yang memerlukan penanganan yang tepat
karena akan dapat menjalar ke alat genetalia bagian dalam (atas) dan
menimbulkan penyakit radang panggul. Pengobatan yang kurang memuaskan akan
menimbulkan penyakit menjadi menahun (kronis) dengan akibat akhir rusaknya
fungsi alat genetalia bagian dalam sehingga menimbulkan kurang subur atau
mandul.
Dalam upaya meningkatkan pemahaman
remaja tentang kesehatan reproduksi, menjadikan remaja tegar dalam menghadapi
masalah dan mampu mengambil keputusan terbaik bagi dirinya, maka pelayanan
konseling sangat diperrlukan remaja. Meskipun kepedulian pemerintah, masyarakat
maupun LSM dalam memperluas penyediaan informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi
sudah semakin meningakat, namun dalam akses pemberian layanan konseling masih
terbatas. Hal ini antara lain disebabkan keterbatasan jumlah fasilitas
pelayanan konseling bagi remaja yang sangat terbatas. Disamping itu, kemampuan
tenaga konselor dalam memberikan konseling kepada remaja dipusat pelayanan
informasi dan konsultasi kesehatan reproduksi remaja juga masih terbatas. Atas
dasar itulah maka guna mendukung kemampuan SDM dalam melakukan konseling
kesehatan reproduksi remaja perlu disiapkan tenaga yang terlatih meelalui
workshop konseling kesehatan reproduksi remaja.
1.2 Rumusan
Masalah
Dari
teori diatas, didapat rumusan masalah sebagai berikut :
a. Apa
yang dimaksud dengan Infeksi Menular Seksual ?
b. Jenis
penyakit Infeksi Menular Seksual ?
c. Bagaimana
cara penanggulanan IMS ?
d. Bagaimana
cara pengobatan dan pencegahan IMS ?
e. Apa
komplikasi yang ditimbulkan ?
1.3 Tujuan
Penulisan
Selain
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kesehatan Reproduksi, makalah ini
ditulis dengan tujuan sebagai berikut :
a. Untuk
mengetahui apa itu penyakit Infeksi Menular Seksual
b. Untuk
mengetahui jenis penyakit IMS dan cara pengobatan
c. Untuk
mengetahui peran bidan dalam mengatasi
IMS
BAB II
TINJAUAN TEORI
1.1.
Landasan
Teori
World
Health Organization (WHO) memperkirakan setiap
tahun terdapat 350 juta penderita baru IMS di negara-negara berkembang di
Afrika, Asia, Asia Tenggara, dan Amerika Latin. Di negara-negara berkembang
infeksi dan komplikasi IMS adalah salah satu dari lima alasan utama tingginya
angka kesakitan. Dalam
kaitannya dengan infeksi HIVAIDS, United States Bureau of Census
pada 1995 mengemukakan bahwa di daerah yang tinggi prevalensi IMS-nya, ternyata
tinggi pula prevalensi HIV-AIDS dan banyak ditemukan perilaku seksual berisiko
tinggi. Salah satu kelompok seksual yang berisiko tinggi terkena IMS adalah perempuan.
Lebih dari 30 jenis
patogen dapat ditularkan melalui hubungan seksual dengan
manifestasi klinis
bervariasi menurut jenis kelamin dan umur. Meskipun infeksi menular seksual
(IMS) terutama ditularkan melalui hubungan seksual, namun penularan dapat juga
terjadi dari ibu kepada janin dalam kandungan atau saat kelahiran, melalui
produk darah atau transfer jaringan yang telah tercemar, kadangkadang dapat
ditularkan melalui alat kesehatan.
Dengan perkembangan di
bidang sosial, demografik, serta meningkatnya migrasi penduduk, populasi
berisiko tinggi tertular IMS akan meningkat pesat. Beban terbesar akan
ditanggung negara berkembang, namun negara maju pun dapat mengalami beban akibat
meningkatnya IMS oleh virus yang tidak dapat diobati, perilaku seksual berisiko
serta perkembangan pariwisata. IMS menempati peringkat 10 besar alasan berobat
di banyak negara berkembang, dan biaya yang dikeluarkan dapat mempengaruhi pendapatan
rumah tangga. Pelayanan untuk komplikasi atau sekuele IMS mengakibatkan beban
biaya yang tidak sedikit, misalnya untuk skrining dan pengobatan kanker
serviks, penanganan penyakit jaringan hati, pemeriksaan infertilitas, pelayanan
morbiditas perinatal, kebutaan bayi, penyakit paru pada anakanak, serta nyeri
panggul kronis pada wanita. Beban sosial meliputi konflik dengan pasangan
seksual dan dapat mengakibatkan kekerasan dalam rumah tangga.
Dalam 20 tahun
belakangan ini, pengetahuan tentang dinamika transmisi IMS telah berkembang
sebagai dampak pandemi HIV dan peningkatan upaya untuk mengendalikan infeksi
lainnya. Model matematika dan riset menunjukkan peran penting jejaring seksual
dalam menentukan arah penyebaran berbagai jenis infeksi tersebut. Pemahaman
yang semakin baik terhadap dinamika penularan IMS menimbulkan dampak pada
rancangan strategi pencegahan dan intervensi pengendaliannya.
BAB
III
PEMBAHASAN
A. Infeksi Menular Seksual
(IMS)
1. Definisi
Infeksi
Menular Seksual adalah infeksi yang sebagian besar menular lewat hubungan
seksual dengan pasangan yang sudah tertular. Hubungan seks ini termasuk
hubungan seks lewat liang senggama, lewat mulut (oral) atau lewat dubur (anal).
Infeksi Menular Seksual disebut juga penyakit kelamin. Infeksi Menular Seksual
menyerang sekitar alat kelamin (Wells et al., 2009 ).
Kebanyakan
Infeksi Menular Seksual membahayakan organ-organ reproduksi. Pada wanita, dapat
merusak dinding vagina atau leher rahim, biasanya tanpa tanda-tanda infeksi.
Pada pria adanya infeksi pada saluran air kencing. Apabila tidak diobati dapat
menyebabkan keluarnya cairan yang tidak normal dari penis dan berakibat sakit
pada waktu buang air kecil (Wells et al., 2009 ).
2. Etiologi
Infeksi
Menular Seksual diklasifikasikan berdasarkan agen penyebabnya dari golongan
bakteri yaitu Neisseria gonorrhoeae, Treponemapallidum, Gardnerella
vaginalis, Hemophilus ducreyi, Calymmatobacterium granulomatis.
Berdasarkan penelitian di Bangladesh 35,5% positif terkena Neisseria
gonorrhoeae, 62,5% positif terkena Treponemapallidum (Rahman et al.,
2000).
3.
Bahaya IMS
Dengan berbagai
penyakit yang timbul pada IMS, adapun bahaya yang di timbulkan diantaranya yaitu :
ü Membuat
sakit sakitan
ü Membuat
mandul
ü Merusak
penglihatan, otak dan hati
ü Menyebabkan
mudah tertular HIV
ü Menyebabkan
kematian
ü
3. Jenis-Jenis Infeksi Menular Seksual Berdasarkan
Infeksi Bakteri
a.
Gonore (Kencing Nanah)
Gonorrhea merupakan
infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual dan disebabkan oleh Neisseria
gonorrhoeae. Pada pria ditandai oleh uretritis dengan nyeri dan secret
purulen, biasanya asimptomatik pada wanita, tetapi dapat meluas menyebabkan
salphingitis. Bakteri ini dapat terjadi pada kedua jenis alat kelamin,
mengakibatkan lesi kulit dan arthritis (Dorland, 2002).
Neisseria gonorrhoeae adalah bakteri penyebab infeksi gonore yang merupakan
salah satu penyebab terpenting Infeksi Menular Seksual. Sama halnya dengan
Infeksi Menular Seksual lainnya, gonore Iebih banyak mempengaruhi kesehatan
wanita dari pada pria (Josodiwondo, 1993). Hal ini disebabkan karena wanita
Iebih mudah terinfeksi dari pada pria (kemungkinnanya 50-60% dibandingkan
dengan 35%) dan karena 50-80% infeksi pada wanita tidak menimbulkan gejala
(asimptomatik). Wanita biasanya tidak mencari pengobatan sampai terjadi
komplikasi yang Iebih berat (Sweet et al, 1995).
Gejala-gejala:
Keluar
cairan kental berwarna kekuningan dari alat kelamin
Nyeri
di perut bagian bawah (hanya pada perempuan)
Seringkali
pada perempuan tanpa gejala
Komplikasi yang mungkin
terjadi:
Penyakit
radang panggul pada perempuan
Kemungkinan
terjadi kemandulan baik pada perempuan atau laki-laki
Infeksi
mata pada bayi baru lahir yang dapat menyebabkan kebutaan
Kehamilan
ektopik (di luar kandungan)
Memudahkan penularan infeksi
HIV
b.
Chancroid (Ulkus Mole)
Ditularkan melalui hubungan kelamin, yang disebabkan
oleh Haemophillus ducreyi, ditandai
dengan ulkus primer yang nyeri pada tempat inokulasi, biasanya alat kelamin
luar (Alfa, 2005). Dicarlo (1995) melaporkan kasus chancroid di Amerika serikat
mencapai 118 (39%).
c.
Granuloma Inguinale
Merupakan infeksi kulit kelamin yang disebabkan oleh Calymmatobacterium
granulomatis, menyebabkan peradangan menahun pada alat kelamin. Bagian
tubuh yang terkena pada pria adalah penis, buah zakar, selangkangan dan
paha, sedangkan pada wanita meliputi vulva vagina dan kulit di
sekitarnya (Richens, 2006).
d.
Bacterial vaginosis
Bakterial
vaginosis merupakan gejala klinis pada vagina akibat pergantian dari lactobacillus
yang normalnya memproduksi hydrogen peroksida di vagina dengan bakteri
anaerob yaitu Gardnerella vaginalis (WHO, 2003). Menurut Oduyebo (2009)
sebanyak 30% wanita menderita bakterial vaginosis ditandai dengan keluarnya
cairan dari vagina. Hal ini akibat dari pergantian lactobacillus dengan
peningkatan bakteri anaerob Gardnerella vaginalis.
e. Sifilis
Syphilis
disebabkan oleh Treponema pallidum. Sifilis menular melalui kontak
langsung antara luka (yang bernanah atau yang membengkak) di kulit dengan
selaput lendir atau dengan cairan tubuh (air mani, darah, cairan vagina) selama
senggama (Goh, 2005). 6 Kasus sifilis di Colombia tahun 1996-1999 mengalami
peningkatan dari 0,5-3,4 per 100.000 orang (Patrick et al, 2002).
Munculnya gejala-gejala
dibagi menjadi tiga tahap:
Primer:
tanpak luka tunggal, menonjol dan tidak nyeri
Sekunder:
Bintil/bercak
merah di tubuh yang hilang sendiri
Kelenjar
limfa generalisata membesar tanpa tanda radang (limfadenopati)
Pada
masa laten tanpa gejala
Tersier:
kelainan jantung, kulit, pembuluh darah dan gangguan saraf
Komplikasi yang mungkin
terjadi:
Kerusakan
pada otak dan jantung
Pada
kehamilan dapat ditularkan pada bayi
Keguguran
atau lahir cacat
Memudahkan
penularan infeksi HIV
f. Klamidia
Disebabkan oleh bakteri
Chlamydia trachomatis. Infeksi ini biasanya krons, karena 70% perempuan
pada awalnya tidak merasakan gejala apapun sehingga tidak memeriksakan
diri.
Gejala-gejala yang
mungkin muncul:
Cairan
vagina/penis encer berwarna putih -kekuningan
Nyeri
di rongga panggul
Pendarahan
setelah hubungan seksual (pada perempuan)
Komplikasi yang mungkin
terjadi:
Biasanya
menyertai Gonore
Penyakit
radang panggul
Kemandulan
akibat perlekatan pada saluran Falopian
Kehamilan
ektopik (di luar kandungan)
Infeksi
mata dan radang paru-paru (pneumpnia) pada bayi baru lahir
Memudahkan penularan infeksi HIV
4. Penatalaksanaan dan Pengobatan
IMS
a. Antibiotik
Antibiotik
merupakan zat-zat kimia yang dihasilkan oleh bakteri yang memiliki khasiat
mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman (Tjay dan raharja, 2007). Adapun
mekanisme dari antibiotik yaitu mengganggu sintesis dinding sel bakteri
(penisilin, sefalosporin), menghambat sintesis protein (kloramfenikol,
tetrasiklin), mengganggu sintesis asam nukleat (rifampisin, ciprofloksasin),
mengganggu pembentukan membran sel (polimiksin) dan menghambat sintesis
metabolit esensial (sulfametoksazol) (Tenover, 2006)
Pengobatan
sendiri dengan antibiotik, tidak hanya terjadi di negara-negara sedang
berkembang, tetapi juga di negara-negara maju. Selebihnya di negara-negara
Eropa seperi Romania dan Lithuania juga ditemukan prevalensi yang tinggi pada
pengobatan sendiri dengan antibiotik (Al-Azzam, 2007). Suatu penelitian yang
dilakukan di Saudi Arabia tingginya prevalensi pengobatan sendiri dengan
antibiotik pada orang dewasa (44%) dan anak-anak (34%). Persentase pengobatan
sendiri dengan antibiotik yang ditemukan di India (18%), Sudan (48%), dan
Jordan (40%) (Abasaeed, 2009). Adapun penelitian yang dilakukan di Brazil
menunjukkan bahwa 74% dari 107 apotek yang telah dikunjungi, termasuk 88%
apotek yang didaftar oleh Municipal Health Secretary, menjual antibiotik tanpa
resep dokter (Volpato, 2005).
b. Pengobatan
yang Rasional
Pemakaian
obat yang rasional hanya menggunakan obat-obatan yang telah terbukti keamanan
dan efektifitasnya dengan uji klinik. Suatu pengobatan dikatakan rasional
apabila memenuhi beberapa kriteria tertentu. Kriteria pemakaian obat secara
rasional meliputi: tepat indikasi, tepat pasien, tepat obat, tepat dosis,
selalu ada dan harganya terjangkau (WHO, 1985).
a. Tepat indikasi
Ketepatan indikasi peresepan obat didasarkan pada
pertimbangan klinis pasien dilihat dari indikasi medik bahwa intervensi dengan
obat memang diperlukan (WHO, 1985).
b. Tepat Obat
Pemilihan jenis obat berdasarkan pemilihan kelas
terapi dan jenis obat berdasarkan pertimbangan manfaat dan keamanan (WHO,
1985).
c. Tepat Pasien
Pasien dapat menerima obat-obat yang diberikan sesuai
kondisi klinis pasien tanpa adanya kontra indikasi (WHO, 1985).
d. Tepat Dosis
Cara pemakaian obat memerlukan pertimbangan
farmakokinetika yaitu cara pemberian, besar dosis, frekuensi pemberian dan lama
pemberian (WHO, 1985).
e. Selalu Ada dan Harganya Terjangkau
Pemerintah menyediakan obat generik di klinik
kesehatan yaitu puskesmas dan dalam peresepannya dituliskan dengan obat generik
(WHO, 1985).
f. Puskesmas
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan
kabupaten atau kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja (DEPKES RI, 2007).
g. Rekam Medik
Rekam medik adalah sejarah ringkas, jelas dan akurat
dari kehidupan dan kesakitan penderita, ditulis dari sudut pandang medik
(Siregar, 2003).
BAB IV
PENUTUPAN
4.1.
Penutup
Demikian
yang dapat kami paparkan mengenai Penyakit
Infeksi Menular Seksual, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis
banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah
di ekesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis
pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
4.2.
Kesimpulan
IMS
merupakan penyakit seksual yang dirasa cukup membahayakan bahkan sampai
menimbulkan kematian, untuk itu perlu adanya suatu pencegahan yang tepat dan
benar, menjaga kebersihan alat kelamin dapat menjadi salah satu cara, sehingga
nantinya tidak menyebar dan menimbulkan suatu komplikasi. Semua orang dapat
beresiko terkena infeksi ini. IMS ada banyak macamnya, pengobatan penyakit
berbeda beda karena penyebab IMS berasal dari berbagai sumber seperti virus,
bakteri maupun jamur parasit.
Sebagai
seorang bidan kita mempunyai kewajiban untuk berperan dalam pengendalian
penyebaran IMS ini.
4.3.
Daftar Pustaka
Prof.dr. Ida Bagus
Gede,Manuaba .SPog,Mengenali Kesehatan Reproduksi.Arcan.Jakarta.1999
KPAN.HIV/AIDS
dan Infeksi Menular Seksual Lainnya di Indonesia.Tantangan danPeluang Untuk bertindak.Jakarta 2001
4.4.
Lampiran
Gonore.gambar
Granuloma
inguinale.gambar
Sifilis.gambar
Ulkus
mole.gambar
Klamidia.gambar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar